Identifikasi
Deret Fragmen Peptida
Deret asam amino tiap-tiap fragmen peptida yang
dihasilkan dari tahap 3 lalu diidentifikasi. Suatu metoda kimia yang disusun
oleh Pehr Edman biasanya dipergunakan untuk tujuan ini. Prosedur degradasi
Edman mencirikan dan mengeluarkan hanya residu terminal amino dari peptida dan
membiarkan semua ikatan peptida yang lain tertinggal utuh. Setelah pengeluaran
dan identifikasi residu terminal amino dengan metode ini, residu terminal amino
yang baru terbentuk ini sekarang dapat dicirikan dan
dipisahkan dengan mengulang rangkaian reaksi yang sama. Dengan cara residu ke
residu degradasi Edman dapat menghasilkan semua deret asam amino dari suatu
peptida dengan menggunakan hanya satu contoh.
Peptida, pertama-tama direaksikan dengan fenilisotiosianat, yang bergabung dengan gugus amino bebas dari residu terminal amino. Perlakuan peptida ini dengan asam encer dingin, memisahkan residu terminal amino dan mengubahnya menjadi turunan feniltiohidantoin, yang sekarang dapat diidentifikasi dengan prosedur khromatografi. Sisa rantai peptida tetap tertinggal utuh. Peptida yang lebih pendek sekarang dapat masuk siklus reaksi yang sama, yang menghasilkan identifikasi residu terminal amino yang baru. jadi, melalui pengurangan ini, deret asam amino dari peptida yang mempunyai 10-20 residu pengurangan ini, sekuens asam amino dari peprida yang mempunyai 10-20 residu dapat ditentukan dengan mudah.
Semua fragmen peptida yang dihasilkan dari kerja tripsin ditentukan urutannya dengan cara ini. Sekarang, kita tinggal menentukan bagaimana fragmen tripsin disusun didalam rantai polipeptida semula.
Peptida, pertama-tama direaksikan dengan fenilisotiosianat, yang bergabung dengan gugus amino bebas dari residu terminal amino. Perlakuan peptida ini dengan asam encer dingin, memisahkan residu terminal amino dan mengubahnya menjadi turunan feniltiohidantoin, yang sekarang dapat diidentifikasi dengan prosedur khromatografi. Sisa rantai peptida tetap tertinggal utuh. Peptida yang lebih pendek sekarang dapat masuk siklus reaksi yang sama, yang menghasilkan identifikasi residu terminal amino yang baru. jadi, melalui pengurangan ini, deret asam amino dari peptida yang mempunyai 10-20 residu pengurangan ini, sekuens asam amino dari peprida yang mempunyai 10-20 residu dapat ditentukan dengan mudah.
Semua fragmen peptida yang dihasilkan dari kerja tripsin ditentukan urutannya dengan cara ini. Sekarang, kita tinggal menentukan bagaimana fragmen tripsin disusun didalam rantai polipeptida semula.
Diantara reaksi gugus
aminoyang sangat penting adalah reaksi yang ditemukan oleh Edman. Dia telah
mencoba memodifikasi reaksi isotianat dengan amina demikian rupa sehingga
modifikasi ini dapat dipakai untuk degradasi rantai polipeptida dan untuk
identifikasi terminal –NH2 pada peptida. Dalam
prosedur edman ini, fenilisotiosianat bereaksi dengan α-asam amino membentuk
asam amino feniltiokarbamoil. Jika diberi larutan nitrometan, asam amino
feniltiokarbamoilberubah menjadi bentuk siklik yaitu feniltiohidantoin. Senyawa
ini tidak berwarna, dapat dipisahkan dengan mudah dan kemudian
diidentifikasikan dengan kromatografi. Reaksi edman sering digunakan untuk
identifikasi terminal NH2 asa amino suatu
polipeptida.
Pada
metode degradasi Edman, residu pada ujung-N (ujung amino) protein dipotong satu
per satu dengan reaksi kimia. Setelah setiap pemotongan, residu asam amino yang
telah dipotong tersebut dapat diidentifikasi menggunakan kromatografi. Prosedur
tersebut diulangi untuk setiap residu asam amino. Kelemahan metode ini adalah
bahwa polipeptida yang di-sekuensing tidak dapat lebih panjang dari 50–60
residu (dapat disiasati dengan memotong-motong polipeptida berukuran besar
menjadi peptida-peptida berukuran lebih kecil sebelum dilakukan reaksi).